Tanpa disadari, paparan pestisida ada di sekeliling Anda. Bisa jadi terdapat pada sayuran maupun buah-buahan yang terkontaminasi atau memang sering digunakan untuk membasmi hama tanaman di kebun. Sebagai orangtua, hal ini perlu menjadi perhatian khusus. Pasalnya, paparan pestisida dapat membahayakan kesehatan anak hingga dua kali lebih besar ketimbang pada orang dewasa. Lantas, apa saja bahaya pestisida untuk kesehatan anak dan bagaimana mengatasinya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Kenali sumber paparan pestisida yang sering tidak disadari
Bila Anda tidak menggunakan pestisida di lingkungan rumah bukan berarti Anda dan keluarga 100 persen terbebas dari paparan pestisida. Sebab, terdapat sejumlah benda atau media yang tanpa disadari menjadi gerbang masuknya pestisida di lingkungan rumah Anda, di antaranya:
- Produk pembasmi nyamuk, kecoa, tikus, maupun serangga lainya
- Sayur dan buah yang terkontaminasi pestisida
- Pestisida yang digunakan di sekolah atau taman bermain untuk membersihkan gulma
- Pengawet kayu yang digunakan pada alat bermain di taman, salah satunya pentachlorophenol (PCP)
- Baju atau sepatu yang terpapar pestisida dari lingkungan luar
Paparan pestisida pada anak dimulai saat anak sering meletakkan tangan di wajah atau memasukkan tangannya ke mulut. Padahal, mereka mungkin baru saja merangkak di lantai, bermain di rumput, atau bermain di taman yang kemungkinan banyak mengandung pestisida. Karena saking banyaknya sumber pestisida di lingkungan sekitar, maka jumlah paparannya pun akan terus bertambah dengan cepat.
Gejala terkena pestisida hampir serupa dengan gejala flu, yaitu sakit kepala, kelemahan, nyeri otot, sesak napas, mata terasa seperti terbakar, dan ruam kulit. Bila anak mulai menunjukkan gejala-gejala tersebut, segera hubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Apa saja bahaya pestisida untuk kesehatan anak?
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), bahaya pestisida semakin parah bila anak sudah terpapar sejak siklus awal kehidupan, yaitu saat masih dalam kondisi janin. Wanita yang sering terpapar pestisida saat hamil dapat meningkatkan risiko bayi lahir cacat, berat lahir rendah (BBLR), hingga kematian pada janin.
Dibandingkan orang dewasa, anak-anak lebih rentan terhadap paparan pestisida. Pasalnya, berbagai sistem organ tubuh anak seperti sistem saraf, sistem pencernaan, dan sistem kekebalan tubuhnya masih dalam tahap perkembangan. Hal inilah yang menyebabkan tubuh anak masih belum mampu mendetoksifikasi dan mengeluarkan berbagai polutan dengan baik seperti orang dewasa.
Selain itu, anak-anak bernafas dua kali lebih banyak daripada orang dewasa sehingga jumlah polutan yang dihirup pun menjadi dua kali lebih besar. Maka tidak heran bila anak-anak jauh lebih rentan terkena bahaya pestisida.
Untuk mengetahui bahaya pestisida pada anak dapat dilihat dari dua kategori paparan, yaitu paparan akut dan paparan jangka panjang. Kedua kategori ini memberikan tingkat keparahan yang berbeda-beda untuk kesehatan anak. Mari kita kupas satu persatu.
1. Paparan akut
Paparan akut yaitu paparan pestisida dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang cukup singkat. Ambil contoh, seorang anak duduk di ruangan saat penyemprotan. Artinya, anak terkena paparan pestisida dalam jumlah yang besar di waktu yang singkat. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan jangka pendek, di antaranya:
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Kelemahan
- Sensasi kesemutan
- Mual
2. Paparan jangka panjang
Paparan yaitu paparan pestisida yang terjadi secara bertahap selama periode waktu tertentu. Akumulasi paparan ini menyebabkan masalah kesehatan yang lebih berat daripada paparan akut, di antaranya:
- Bayi cacat lahir
- Kesulitan belajar pada anak
- Perubahan perilaku
- Gejala asma
- Kerusakan organ
- Memicu kanker, termasuk leukemia, kanker payudara, dan tumor otak
(Artikel ini telah tayang terlebih dulu di laman hellosehat.com)
Thanks for the good article, I hope you continue to work as well.